Sabtu, 04 Januari 2014

'hendra kecil' pemecah rekor Modif Yamaha Mio, 2010 (Jakarta) Yamaha Mio, Joki Baru Pecahkan Rekor Super FFA

Dulu Yamaha Mio ini dibesut joki lawas tim drag bike Tomo Speed Shop. Macam Syaiful Cibef, M. Ramzi dan Imam Ceper. Cuma posisi 2 atau lebih. Tapi, dibetot Muhamad Hendra ‘kecil’ Dely, pecahkan rekor baru di 2 kelas sekaligus. Super FFA matik dan Super FFA pada Drag bike TDR YSS Comet DID 2011 di Jogja.

Meski baru 13 tahun, Hendra yang event ini baru gabung di Tomo Speed Shop bikin geger balapan. Pasalnya, 2 rekor baru langsung dipecahkan dengan waktu 7,040 detik kelas super FFA matik dan 7,055 detik kelas super FFA.

“Ada 3 hal yang bikin rekor baru tercipta. Pertama bobot Hendra cuma 27 kg, lebih ringan dari ketiga pembalap saya. Kedua, dia pintar saat start, meskipun alat untuk start termasuk susah. Ketiga, pilih skubek bore up 300cc dan bukan 350cc,” aku Utomo Tjioe alias Tomo bos Tomo Speed.

Pun begitu, Tomo tidak memberikan setingan mesin Mio bore up 300 cc untuk Hendra lebih galak di putaran bawah. Jusrtu sebaliknya, dengan bobot joki ringan power mesin dimaksimalkan mulai putaran tengah ke atas.

“Kalau galak di putaran bawah, dengan bobot joki ringan takutnya gak bisa kontrol gas. Ban gampang sliding yang dapat menyebabkan hilangnya waktu,” imbuh Tomo yang mengaku pasang rasio kompresi 11 : 1.

Rasio kompresi tak terlalu tinggi buat kejar putaran tengah ke atas, didapat dari piston diameter 66 mm LHK forging yang dicustom ulang kepalanya. Kata Tomo, piston asli rata itu dibikin agak membumbung dan dibuatkan coakan payung klep.
Selain atur ulang kubah, posisi piston yang terhubung setang piston asli (57,9 mm) dan geser stroke 14mm (jadi 86mm), dibikin agak mendam sekitar 2 mm setelah paking silinder bawah diganjal paking almu setebal 3,5cm.

Lalu volume silinder murni 294cc itu disuplai gas bakar karbu NSR SP reamer 34mm dengan setingan spuyer 135/45. Cuma biar debit gas bakar yang masuk dan sisa gas bakar dilepas sesuai kebutuhan mesin, aliran masuk dan buang diatur kem ubahan produk aftermarket.

Secara teknis, pemilik speed shop di Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat ini mengaku tidak tahu persis ukuran yang tepat berapa derajat durasi dan LSA kem yang dipakai di motornya. Cuma sebagai patokan, tinggi lift kem yang pernah diukur jaraknya ada sekitar 27mm dengan lebar pinggang bubungan 19mm.

“Yang paling baru, diameter payung klep in 34mm dengan diameter batang 5mm dan klep ex 30mm dengan diameter batang 4,5mm bahannya stainless merek SPS. Selain lebih ringan, saat panas enggak gampang berubah bentuk. Performa juga tetap terjaga,” aku Tomo yang gunakan knalpt TSS buat lepas sisa gas bakar.

Ajib bener…   (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 50/100-17
Roller: LHK 11 gram
Kampas ganda : LHK
CDI            : Sepco

Bio eko kodok

Pembalap motor asal Kota Semarang Eko Kodok tampil mendominasi pada kejuaraan Secret Drag Bike 2011 yang berlangsung di Sirkuit Manahan Solo, Minggu (9/10). Menguasai enam dari total 16 kelas yang diperlombakan, praktis Eko tetap berada di puncak klasemen sementara.
“Data lengkapnya memang belum kami rekap. Tapi melihat hasil dari seri keempat ini, Eko sepertinya tetap berada di peringkat teratas klasemen sementara pembalap,” kata Ketua Panitia Teguh Heri Purwanto, Minggu (9/10) sore.
Di bawah Eko Kodok, lanjut Teguh, ada Johan Timoty (Surabaya) dan Bayu (Grobogan). Keduanya menguntit berturut-turut di peringkat kedua dan ketiga. “Sampai seri keempat ini, pembalap-pembalap tersebut memang menguasai posisi tiga besar,” imbuh Teguh.
Eko Kodok memang tampil superior pada adu kebut motor yang mengambil lokasi di Jalan Adi Sucipto, depan kompleks Stadion Manahan, sejauh 201 meter itu. Enam kelas yang diikutinya pun dilahapnya dengan mencatatkan waktu tercepat. Mulai dari kelas bebek standar 4 tak 130 cc, OMR Satria FU tune up 155 cc, FFa 2 tak 250 cc, bebek tune up 4 tak 115 cc, sport tune up 2 tak 140 cc dan bebek tune up 4 tak 200 cc.Meski tampil perkasa dengan merebut enam kelas, Eko yang mendapat nomor start 26 ini gagal merebut posisi pertama di kelas bergengsi bebek tune up 2 tak 125 cc. Di kelas ini menjadi milik pembalap asal Surabaya, Riko Boncel, dengan catatan waktu 07.608 detik. “Di kelas ini bahkan Eko gagal menembus posisi lima besar,” ungkap Teguh.
Di hari terakhir kejuaraan yang khusus memperlombakan seri drag bike ini mendapat sambutan antusias dari warga Kota Solo. Panitia mencatat sekitar 6 ribu penonton menyaksikan balapan yang diikuti 316 starter tersebut.